muqaddimah

"Allah (sentiasa) hendak meringankan (beban hukumnya) daripada kamu, kerana manusia itu dijadikan berkeadaan lemah" (Surah An-Nisa:28)

flower

Sunday, April 17, 2011

Buat calon suamiku..

Bukan sekedar ungkapan biasa, namun tak melebihi cintaku kepada Allah swt…

Ungkapan harapan dan cinta untuk seorang ikhwan nan jauh di sana…

Tuk calon suamiku yang telah tertulis dalam lauhul mahfudz-ku, yang tak kutahu ada di mana.

Duhai Calon Suamiku...

Aku di sini bersama setengah cinta yang belum sempurna kerna tiada dirimu yang menyempurnakan...

Aku tak tau bagaimana awal nanti kita bertemu

Aku pun tak tahu bila kita kan dipertemukan.

Namun yang ku yakin, Allah telah menetapkan waktu indah-Nya untuk kita bersama

Duhai… Calon Suamiku…

Tahukah kamu, apa yang sedang kulakukan di sini ?

Aku sedang mendidik diriku sendiri, menjaga pandangan dan hatiku, agar kelak diriku mencapai kesempurnaan sebagai wanita solehah…

Aku sedang belajar menjaga diriku sendiri, menjaga untuk mengendalikan egoku sehingga nantinya kudapat mempersembahkan hatiku menjadi milikmu yang utuh dan sempurna…

Aku sedang melatih hidup mengabdi untuk orang ramai sehingga nantinya pengabdianku sempurna untukmu dan mujahidah kecil kita…

Aku sedang berjuang untuk cita-cita duniaku tuk menuju cita-cita akhirat sehingga nantinya pun aku dapat mendampingimu mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah Warohmah…

Akupun sedang menimba ilmu Islam, agar nantinya pemahaman Islamku cukup untuk bekalku bersamamu membangun keluarga Islami di mana seorang ibu adalah madrasah pertama bagi mujahidah kecilnya…

Duhai Calon Suamiku....

Aku sedang belajar dari sejarah hidup Saidatina Khadijah.....

Belajar bagaimana menempatkan diri sebagai isteri yang selalu siap menjadi tempat bagi suaminya berbagi cerita suka dan duka. Belajar untuk dapat memahami segala karakter dan sifat suami. Belajar menjadi isteri yang siap memberikan sokongan di kala semangat suami menurun dalam perjuangan mencapai tujuan hidup.

Aku sedang belajar dari sejarah hidup Saidatina Aisyah…..

Belajar menjadi isteri yang sntiasa membuat suami selalu tersenyum di kala pulang ke rumah bersama lelah akibat mencari nafkah seharian. Belajar menjadi isteri yang setia menyimpan segala kekurangan dan kesalahan suami sehingga untuk selamanya menjadi rahsia hatinya sendiri. Belajar menjadi isteri yang menempatkan suami sebagai guru dan diri sendiri sebagai murid. Belajar menjadi isteri yang bisa menjadi sahabat buatmu yang setia mendengar segala kesedihan,kepedihan dan kekecewaan yang kau hadapi..

Aku sedang belajar dari sejarah hidup Saidatina Fatimah……

Belajar menjadi isteri yang menjaga suaminya agar tak membagi cintanya pada yang lain. Belajar menjadi isteri yang berusaha mempersembahkan kesempurnaan cinta pada suami sehingga takkan ada madu cinta dalam mahligai rumah tangganya.

Aku pun sedang belajar dari sejarah hidup Hajar……

Belajar menjadi isteri yang berdikari meski tanpa suami di sisinya. Belajar menjadi isteri yang siap memposisikan diri sebagai ayah bagi mujahidahnya di kala suami harus berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tugas ke luar kota. Belajar menjadi isteri yang tegar jika suatu hari kelak takdir harus memisahkan dirinya dengan suami untuk selamanya. Belajar jadi isteri yang meletakkan segala harapan dan cinta kepada Alloh swt di atas segala harapan dan cinta kepada suami dan mujahidahnya.

Duhai Calon Suamiku……

Ada beberapa hal yang ingin aku ingatkan padamu bilamana Allah swt menyatukan hati kita dalam mahligai rumah tangga.

Allah swt pernah bersabda, “Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) kerna mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19]. Jika kamu melihat yang salah pada diriku, insyaAllah,kamu memiliki kemampuan untuk melihat yang baik dalam diriku.

Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.”

Perlunya aku mengingatkan ini padamu kerna di dunia ini, manusia tiadalah luput dari kesalahan dan kekhilafan. kerna di dunia ini, tiadalah makhluk yang sempurna. Hanya Allah swt pemilik segala kesempurnaan dunia akhirat.

Duhai Calon Suamiku……

Kurasa, cukup sudah untuk saat ini aku bertutur keadaanku di sini. Bertutur beberapa harapanku padamu seandainya Allah swt menyatukan hati kita di waktu indah-Nya nanti…

Wassalamu’alaikum Calon Suamiku…

Wednesday, April 13, 2011

hijrahku..permudahkan lah ya Allah..

bukan mudah untuk berdakwah. tika hati ini mulai terbuka untuk menjalankan tanggungjawab ini. ada saja halangannya.. ya Allah,kuatkan aku.. sesungguhnya,diri ini ingin sekali melakukan sesuatu yang bisa membuatkan diri ini menjadi hambaMu yang sentiasa Kau ingati. namun, atas kekurangan dan kelemahan diri ini,aku terasa daif tanpa pertolongan dariMu. bimbinglah aku. sesungguhnya bukan mudah untuk aku bangkit berjihad di jalanMu. aku cuba dan terus mencuba. takut diri ini akan berputus asa, ya Allah,tetapkan lah pendirian ini. lindungilah daku dari bisikan syaitan. selamatkan daku dari orang yang Kau murkai. tunjukilah jalan terbaik yang harus aku pilih. ya Allah,, ingin sekali menjadi hambaMu yang berguna dan bisa melaksanakan segala suruhanMu. kuatkan daku. ingin sekali diri ini menjadi hamba yang berguna pda Tuhannya. yang bisa mengabdikan dri tanpa memikirkan tentang dirinya. hanya Kau yang diutamakan. demi mendapat redhaMu. ya ALLAH,aku mohon............tunjukilah jalan terbaik buatku.. sungguh! hati ini,diri ini..ingin menjadi hamba yang taat pd Tuhannya.. bimbinglah daku. permudahkan segala urusanku.

Friday, April 8, 2011


Rasulullah saw bersabda: “Wanita adalah Tiang Negara, jika baik Wanita suatu Negara maka baiklah Negara nya. Dan jika rusak mereka maka akan hancur pulalah Negara nya.”

Nabi saw menamakan kita kaum Wanita sebagai tiang dan tentu saja bukan tanpa alasan. Sebagaimana sifat tiang dalam sebuah bangunan. Ia adalah penentu kekuatan. Bisa jadi sebuah rumah terlihat indah dari luar namun jika tidak memiliki tiang yang kokoh, kerobohan nya sudah bisa diperkirakan.

Wanita bukan hanya pintu pembuka, bukan pula atap tempat berteduh, ia bukan alas tempat kaki berpijak, bahkan bukan dinding sarana penutup aib dari pandangan orang. Ia adalah tiang, dan sekali lagi untuk sifat tiang jika ia dirobohkan roboh pulalah seluruh bangunan.

Bisa jadi Laki-laki lebih pintar, tapi soal bermain dengan perasaan, Wanita selalu tak terkalahkan. Bisa jadi Lelaki lebih kuat tenaga nya tapi urusan kesabaran menghadapi keruwetan selalu Wanita lebih mampu menahan. Maka, sekali lagi Wanita adalah tiang, ia adalah tumpuan segenap permasalahan.

Baru-baru ini hasil penelitian membuktikan bahwa otak Wanita yang kanan (untuk kemampuan berketrampilan) dan yang kiri (tempat mencerna pengetahuan) seimbang, sementara Laki-laki memiliki kecendrungan otak kiri nya lebih baik dari yang kanan. Wanita lebih mampu berketrampilan dan ia lebih bisa untuk melakukan dua hal sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Jangan marah kalau engkau mengajak anak perempuanmu berbicara serius dan dia sambil menjahit pakaian, karena ia tetap bisa berkonsentrasi meski sambil berkegiatan. Sementara terhadap anak Laki-lakimu mintalah mereka memandang matamu tanpa melakukan aktifitas apapun ketika engkau mengajak mereka bicara penting, karena tatkala otak nya bekerja pada sesuatu, urusan yang lain jadi terbengkalai. Ternyata sekali lagi benar Nabi ShalALLAHu`alaihiwasalam jika menyebut Wanita sebagai tiang, karena sifat tiang adakah menjadi sandaran diciptakan berkemampuan melakukan banyak hal di waktu yang bersamaan.

Dengan segenap perbedaan Wanita dan Lelaki dicipta berlainan. Mengapa harus menuntut persamaan hak dan kesejajaran jika perbedaan itu bukan sebuah perendahan namun justru pemuliaan kalau kita cerna lebih dalam.

Perbedaan cara berpakaian misal nya adalah sarana menghormati diri sendiri, karena Wanita yang tak mempertontonkan aurat nya justru tengah melindungi diri nya dari kejahatan Laki-laki yang tak bertanggung jawab atas diri nya. Ada nya hak talak hanya dimiliki kaum Laki-laki adalah cara paling aman untuk menghindari perceraian, karena bagaimanapun wanita lebih mudah hanyut dalam perasaan dan mudah terbawa emosi dibanding kaum lelaki yang logika lebih bermain untuk mereka.

Maka ketika Wanita membicarakan kesetaraan gender misal nya mereka tidak sedang melakukan kecuali berpindah kodrat dan kembali pada nilai rendah yang sebelum Islam diturunkan. Sungguh bukan sedang menuju kesempurnaan. Karena kesempurnaan Wanita adalah ketika ia menjadi tiang. Tempat sandaran untuk anak-anak nya. Tempat keluh kesah Suami nya. Tempat beragam macam kegiatan mampu ia lakukan dalam waktu bersamaan.

Maka, wahai para Tiang, tak usah ingin menjadi atap, pintu, dinding atau yang lain.. tetaplah menjadi tiang yang menjalankan fungsi tiang, karena bagaimanapun yang terpenting dalam sebuah tatanan adalah tiang, langkah awal perubahan semua bergantung dari engkau. Ketika engkau kokoh dan tegar seluruh bangunan menjadi demikian…” – Taushiyah indah al-Fadhilah al-Habibah Ustazah Halimah al-Aydrus.

لا حول ولاقوة إلا بالله العلي العظيم

Dengan itu insya`ALLAH, hamba akhiri posting kali ini dengan perkongsian rakaman-rakaman dalam Majlis Ta`lim bersama al-Fadhilah al-Habibah Ustazah, ketika beliau berada di Singapura beberapa hari yang lalu. Semoga kita memperolehi manfaat dan barakah dari nya serta dapat mengamalkan nya bersama. Bi izniLlah.

Kepada mereka yang telah menjayakan Majlis yang penuh Barakah ini, secara langsung mahupun tidak, syukran jazilan diucapkan. Sekecil mana jua pun sumbangan mereka terhadap nya, ALLAH `Azzawajalla pasti akan Memandang dan Membalas nya. Semoga ALLAH `Azzawajalla Menetapkan keimanan mereka dan meningkatkan ketaqwaan mereka dan dikurniakan mereka `afiah serta Maghfirah dan juga sebaik-baik ganjaran pada zahir dan batin mereka, di dunia dan di Akhirat. Semoga ALLAH `Azzawajalla senantiasa Mendukung perjuangan da`wah mereka dimana sahja mereka berada, dan semoga mereka berserta keluarga mereka senantiasa dalam Keredhaan ALLAH `Azzawajalla dan RasulNYA ShalALLAHu`alaihiwasalam. Amiin Ya ALLAH, Ya Rabb, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Hayyu, Ya Qayyum, Ya Dzal Jalali wal Ikram… Mohon maaf diatas rakaman yang tidak memuaskan.

hak suami dan isteri dalam islam

Kesempatan kali ini, ingin saya kongsikan isi perbincangan di dalam Tanyalah Ustaz bertajuk “Hak Suami Dan Isteri Dalam Islam”

Di dalam al-Quran Allah menyebutkan (Surah ar-Rum ayat 21):-

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untuk mu pasangan suami isteri dari antara kamu, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram antara satu sama lain dan dijadikanka di antara mu kasih sayang dan belas kasihan; sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

ENAM KELEBIHAN ORANG YANG BERKAHWIN

1. Telah menyempurnakan sebahagian dari agamanya[1]

Dari Sahl bin Muaz al-Juhaini dari ayahnya dia telah berkata, telah bersabda Rasullullah Saw, sesiapa yang memberi kerana Allah dan menegah kerana Allah dan mencintai kerana Allah dan membenci kerana Allah dan bernikah kerana Allah maka sempurnalah imannya

2. Mengikuti sunnah Nabi-Nabi yang terdahulu.[2]

Dari Abu Ayyub dia telah berkata, telah bersabda Rasulullah Saw “Empat perkara daripada perlakuan (sunnah) para Rasul: bersifat malu, berwangi, bersugi dan bernikah.”

3. Menghindari larangan agama[3]

Bahawasanya Nabi S.A.W. melarang hidup membujang.

4. Menjadi umat yang dibanggai oleh Rasullullah SAW[4]

Dan berkahwinlah, kerana aku akan berbangga dengan kamu sebagai umat yang ramai bilangannya.

5. Melaksanakan sunnah Rasullullah SAW[5]

Dari Aisyah dia telah berkata, telah bersabda Rasullullah Saw “Nikah itu adalah daripada sunnah (perlakuan) ku, maka barangsiapa tidak beramal dengan sunnah ku dia bukanlah daripada ku.

6. Mengelakkan maksiat [6]

“Hai golongan pemuda! Barangsiapa di antara kamu mampu bernikah, hendaklah ia bernikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara kehormatan, barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, kerana puasa itu menahan nafsunya.”

Hak Isteri Yang Perlu Di Tunaikan Suami
TANGGGUNG JAWAB PERTAMA : BERGAUL DENGAN CARA YANG BAIK
Allah S.W.T berfirman: (Surah an-Nisa ayat 19)

“Pergaulilah isteri mu dengan cara yang baik; kemudian bila tidak menyukai mereka (maka bersabarlah), kerana mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, pada hal Allah menjadikan padanya kebaikan yang sangat banyak.”

Selain itu Rasullullah SAW bersabda: [7]:-

“Orang yang baik di antara kamu ialah orang yang baik perangainya kepada ahli rumahnya (isterinya). Dan aku (sendiri) orang yang paling baik di kalangan kamu terhadap isteriku.”

TANGGUNGJAWAB KEDUA : BERLAKU ADIL

Selain itu, suami hendaklah berlaku adil terhadap apa sahaja yang berkaitan dengan hak isteri. Allah S.W.T berfirman: [8]:-

“Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada taqwa.”

Perintah ini memerlukan suami bersikap adil, menghormati perasaan, berbaik hati dan bertimbang rasa terhadap isteri. Suami tidak boleh menunjuk sebarang kebencian atau menzahirkan perbuatan yang boleh menyinggung perasaan isteri.

TANGGUNGJAWAB KETIGA: MENASIHATI DAN MENDIDIK ISTERI

Sudah menjadi tugas suami agar sentiasa memberi nasihat dan panduan terhadap isteri dan anak. Oleh yang demikian, suami hendaklah mendidik dirinya dan mendidik keluarganya dengan ajaran agama. Di dalam al-Quran Allah S.W.T berfirman: (Surah at-Tahrim ayat 6)

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya manusia dan batu

SISIPAN SATU : TEGAHAN MEMUKUL ISTERI

Rasullullah S.A.W bersabda: [9]:-

“Kamu tidak jumpai mereka itu (orang yang memukul isteri) sebagai orang yang baik antara kamu.”

Rasullullah S.A.W bersabda lagi [10]:-

“Dari Aisyah dia telah berkata, Rasulullah S.A.W. tidak pernah memukul isteri mahu pun khadamnya sama sekali; dan beliau sama sekali tidak pernah memukul dengan tangannya sendiri, melainkan dalam peperangan (sabilillah)
SISIAPAN DUA : HUKUM MENGABAIKAN TANGGUNGJAWAB DI DALAM ISLAM

Rasullullah S.A.W bersabda [11]:-

” Dari Abdullah bin Amru, dia telah berkata, sabda Rasullullah S.A.W, Cukup berdosalah seseorang yang mengabaikan orang yang di bawah tanggungannya.”

TANGGUNGJAWAB KEEMPAT : MEMBERI NAFKAH

Di dalam ajaran Islam ada menyatakan bahawa seorang suami berasaskan daya kekuatan mental dan fizikalnya dipertanggungjawabkan memberi nafkah zahir dan batin demi untuk kelangsungan hayat keluarga.[12]

Allah S.W.T berfirman :- (surah at-Talaq ayat 7)

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya

Inilah tanggung jawab suami yang perlu ditunaikan pada isterinya. Semoga perbahasan ini memberi manafaat pada kita semua.

penyelamat maruah wanita

FIRMAN Allah SWT bermaksud: “Demi sesungguhnya adalah bagi kamu, pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang terbaik, iaitu orang yang sentiasa mengharapkan keredaan Allah dan (balasan baik) pada hari akhirat serta dia menyebut dan mengingati Allah (pada masa susah dan senang).” (Surah al-Ahzab, ayat 21)

Memperingati dan meraikan kelahiran Baginda SAW adalah satu tuntutan dan bukti kecintaan kita terhadap baginda. Hendaklah kita mewujudkan perasaan kasih sayang yang tinggi terhadap Nabi akhir zaman yang menduduki tempat itu dalam senarai ‘The 100 Most Influential People in History’ seperti yang dipaparkan dalam tulisan Michael Hart.

Kehebatan Nabi SAW dan kelahiran baginda telahpun diberitakan menerusi kitab Taurat dan Injil. Namun fakta itu disembunyikan oleh golongan Yahudi dan Nasrani disebabkan Nabi Muhammad SAW bukanlah daripada kalangan mereka tetapi orang Arab.

Dalam al-Quran banyak diceritakan mengenai kelahiran Nabi SAW sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam. Firman Allah bermaksud: “Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Surah al-Anbiyaa’, ayat 107)

Menurut jumhur ulama bahawa junjungan besar Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada Isnin 12 Rabiul Awal Tahun Gajah bersamaan dengan 20 April 571 Masihi. Suasana dunia ketika baginda dilahirkan ke dunia terbahagi kepada dua kuasa besar iaitu empayar Rom dan Parsi. Rom mewakili dunia penganut agama Nasrani dan Parsi mewakili penganut Majusi (penyembah api).

Ketika itu kaum wanita dianggap masyarakat kelas dua. Mereka dilayan sebagai alat memuaskan nafsu semata-mata. Mereka diperdagangkan, perjudian dan arak adalah perkara biasa dan bukan dianggap suatu keaiban bagi masyarakat Jahiliah.

Kelahiran anak perempuan adalah satu kehinaan di sisi masyarakat Arab Jahiliah. Mereka sanggup membunuh anak perempuan bagi menjaga maruah di sisi kaum mereka. Peperangan dan pembunuhan adalah perkara lumrah. Bangsa Arab berada dalam keadaan huru-hara, tiada pemimpin negara kerana mereka lebih berbangga dengan suku kaum masing-masing. Pertelingkahan yang kecil boleh mengakibatkan perseteruan berkurun tahun lamanya.

Tegasnya, sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, dunia berada di persimpangan kegelapan moral dan tauhid walaupun tegaknya dua tamadun empayar manusia yang besar iaitu Rom dan Parsi.

Diceritakan bahawa kelahiran Nabi SAW itu dikenali Tahun Gajah sempena tewasnya tentera bergajah Raja Abrahah yang beragama Kristian mengerah tenteranya ke Makkah untuk meruntuhkan Kaabah bagi masyarakat dunia bertumpu ke gereja yang dibina di Syam, ibu kota Yaman seperti dirakamkan dalam al-Quran yang bermaksud: “Tidakkah kamu melihat bagaimana Tuhan kamu memperlakukan terhadap tentera bergajah (yang hendak meruntuhkan Kaabah).” (Surah al-Fiil, ayat 1)

Kemudian pada akhir ayat Allah berfirman bermaksud: “Dan Allah mengutuskan ke atas mereka burung ababil yang melontarkan mereka dengan batu daripada tanah yang dibakar (sijjil). Maka jadilah mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (Surah al-Fiil, ayat 5)

Bapa Nabi SAW ialah Abdullah bin Abdul Muttalib seorang pedagang dari Syam yang meninggal dunia ketika baginda berusia enam bulan dalam kandungan. Dikisahkan ketika baginda dilahirkan, Nabi SAW tidak menangis seperti bayi lain. Apabila Nabi berpaling ke arah Parsi, api sembahan kaum Majusi di Parsi (Iran) terpadam dengan tiba-tiba. Apabila berpaling ke arah ibu kota Rom, istana maharaja Rom bergegar, Raja Rom memerintahkan agar dicari dan dibunuh bayi berkenaan.

Perkara ajaib yang berlaku adalah mukjizat kenabian yang Allah tunjukkan bagi tujuan agar masyarakat Arab dan dunia memberi perhatian dan mengenali dengan Nabi Muhammad SAW. Ia juga sebagai suatu hikmah yang mana ia dapat menjawab segala tohmahan orientalis yang ingin merosakkan nama baik dan peribadi Nabi yang sebenarnya dipelihara oleh Allah sejak lahir lagi.

Siti Aminah, bonda Nabi ditakdirkan meninggal dunia ketika usia Nabi enam tahun. Kemudian baginda dipelihara datuknya Abdul Muttalib. Pada usia lapan tahun, Abdul Muttalib pula meninggal dunia dan Abu Talib, bapa saudara Nabi memeliharanya sehingga baginda meningkat dewasa dan membawanya ke Syam untuk berjumpa pendeta Nasrani, Buhara/Bahira serta melihat tanda nubuwah Nabi. Pendeta itu memperingatkan Abu Talib agar menjaga Muhammad daripada orang Yahudi dan Nasrani, jika mengetahuinya mereka akan membunuh anak saudaranya itu.

Pengajaran dan iktibar daripada kisah perjalanan hidup (sirah) Nabi Muhammad SAW ketika lahir dan dibesarkan oleh Abu Talib penuh dengan liku, menjadi anak yatim pada usia kecil memang satu dugaan besar. Ini membentuk jiwa yang kental, sabar dan tabah.

Mukjizat yang berlaku terhadap Nabi pada saat kelahirannya dan sepanjang zaman membuktikan bahawa Nabi akhir zaman itu sebagai pemimpin dan penyelamat umat manusia sejagat.

Memperingati ulang tahun kelahiran Nabi SAW memang digalakkan tetapi hendaklah bersesuaian dengan cara yang tidak bercanggah dengan syariat agama.

Hendaklah umat Islam mengikuti sunnahnya, bercakap benar (siddiq), beramanah (amanah), menyampaikan (tabligh) dan bijaksana (fatanah). Antara sunnah harian Nabi ialah membaca doa sebelum dan selepas makan. Membaca doa sebelum dan apabila bangun tidur. Membaca doa sebelum keluar dan ketika balik ke rumah. Masuk tandas dengan kaki kiri dan doa, keluar tandas dengan kaki kanan dan doa. Mengucup hujung jari selepas makan, membaca doa selepas wuduk, membaca doa semasa pergi ke masjid, masuk masjid dan keluar masjid, membaca doa ketika memulakan (menaiki) kenderaan.

Sirah Nabi ketika kecil tidak pernah menyembah berhala dan terbabit dalam kehidupan sosial Arab Jahiliah yang penuh kekufuran dan kesyirikan. Menyayangi orang miskin, ibu tunggal, anak yatim dan berusaha membantu mereka, selain menghindari semua kejahatan Jahiliah seperti judi, minuman keras dan sebagainya. Berkelakuan lemah lembut sehingga Baginda dikenali sebagai as-Siddiq (yang benar) dan al-Amin (yang dipercayai).

Nabi SAW pernah melihat Yahudi berpuasa asyura sempena memperingati kisah terselamatnya Nabi Musa daripada Firaun, dan bersabda : “Kami adalah lebih berhak daripada kamu mengenai Musa (amalan berpuasa).” Maknanya, Nabi sendiri memperingati peristiwa agama. Maka sudah tentulah kita umat Islam perlu mengingati kelahiran Nabi SAW.

Kita digalakkan memohon kepada Allah SWT agar diberi dorongan dan kekuatan untuk terus berusaha menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang terbaik (khaira ummah) dan sebagai ummatan wasata (umat pilihan/umat teladan) dan menjadi saksi di antara sekalian umat manusia sejagat.

Firman Allah bermaksud: “Supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu dan supaya kamu pula layak menjadi orang yang memberi keterangan kepada umat manusia. Oleh itu dirikanlah sembahyang dan berilah zakat, serta berpegang teguhlah kamu kepada Allah. Dialah Pelindung kamu, dan Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Pemberi pertolongan.” (Surah al-Hajj, ayat 78)

Tausiyyah Guru Mulia al-Habib Umar: jalinlah ikatan suci dengan kaum solihin

Tausiyyah Guru Mulia al-Habib Umar: Jalinlah Ikatan Suci Dengan Kaum Sholihin

Jalinlah Ikatan Suci Dengan Kaum Sholihin

Janganlah kalian mensia-siakan persahabatan dengan orang mulia, iaitu orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah Ta’ala dan RasulNya. Mereka adalah orang-orang yang cahayanya berkilauan. Sinarnya bergemerlapan. Demi Allah …. memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian yang sangat besar.

Tidakkah kalain fikir, kerugian tersebut disebutkan oleh pemimpin dari segala pemimpin, iaitu Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah bersabda (maksudnya): Celakalah bagi orang yang tidak melihatku pada hari qiamat.

Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tidak akan bisa melihat Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم.

Ketahuilah, bahwa kaum sholihin adalah bahagian dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah pewaris Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah khalifah Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah pemegang sirr Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah pemegang sirr setelah kewafatan Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم.

Mereka adalah pewaris rahasia an-Nabawiyyah sepeninggalan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah semulia-mulia perwaris Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Di antara mereka adalah al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad رضي الله عنه yang telah disifatkan oleh al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi رضي الله عنه dalam bait qashidah beliau: “Kerananya (Imam al-Haddad) sejuklah hati Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Bagi Baginda صلى الله عليه وآله وسلمia adalah sebaik-baik keturunannya. Panutan bagi pengikut. Ka’abah (qiblat) bagi orang yang meniti jalan kebenaran dan merupakan kebanggaan bagi penduduk negerinya. Nasihat-nasihatnya menebarkan ilmu pengetahuan. Kasih-sayangnya meliputi semua umat. Darinya, mereka mengambil manfa’at dengan sebaik-baik manfa’at.”

Dalam kesempatan lain, al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi رضي الله عنه menyifatkan al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad رضي الله عنه dalam untaian syairnya yang begitu indah. Al-Habib ‘Ali mengatakan: “Dialah cucu Nabi صلى الله عليه وآله وسلم yang bersambung nasabnya dengan orang-orang mulia yang kemuliaan mereka dikenal oleh para pejuangan dan pemberani. Dialah penyalur asrar dan ilmu kepada keluarga, keturunan, penduduk negerinya, bahkan kepada umat generasi sesudahnya. Maka semua yang bersuluk dengannya akan bersinar dengan cahaya bilau yang terang benderang.”

Cahaya ini tak akan padam dan tak akan sirna. Mengapa? Sebab, Allah Ta’ala lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya cahayanya terus bersinar dan kian memancar. Siapakah yang mampu memadam cahaya yang telah dinyalakan oleh Allah Ta’ala? Demi Allah! Cahaya itu tidak akan padam dan takkan pernah sirna selamamana Allah Ta’ala yang menjaganya.

Namun sungguh menyedihkan, di antara kita (yakni para ‘Alawiyyin dan keturunan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم) terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu. Mereka adalah orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan itu. Bahkan sangat disayangkan, justru mereka masuk ke dalam kelompok lain. al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi رضي الله عنه berkata: “Siapa tidak menempuh jalan leluhurnya pasti akan bingung dan tersesat. Wahai anak-cucu Nabi صلى الله عليه وآله وسلم tempuhilah jalan mereka, setapak demi setapak dan jauhi segala bid’ah.”

Siapakah yang lebih mengenal Allah Ta’ala dibandingkan para kaum ‘arifin? Siapakah yang lebih mengetahui hakikat Rabbul ‘Alamin dibandingkan dengan imam-imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dibanding mereka? Selain mereka, kepada siapa kita akan bercermin? Kepada siapa kita akan berteladan?

Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraan dan kasih-sayang dia antara kalain. Jangan kalian bercerai berai. Bersiap-siaplah menolong jalan mereka. Demi Allah! Jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar. Bukan di negara kalian sahaja, namun diseluruh penjuru dunia. Di belahan dunia, timur mahupun barat. Bagi masyarakat ‘Arab mahupun ‘Ajam (non-‘Arab). Baik di Jaziarah ‘Arab, Amerika, Eropah, Rusia, Asia, China ataupun Indonesia ini.

Di sana bendera kelaurga al-Imam al-Habib ‘Alwi bin ‘Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir رضي الله عنه telah berkibar. Di segala penjuru, bendera keluarga al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali Ba’Alawi رضي الله عنه telah berkibar. Di setiap wilayah, kita pasti akan melihat bendera ahli thariqah ini (yakni thariqah ‘Alawiyyah). Mereka memiliki para tentera dan penolong yang berkedudukan tinggi disisiNya. Namun saat ini, di antara para tentera dan penolong itu ada yang tidur, bahkan mereka nyenyak dalam tidurnya. Ada di antara mereka yang hanya duduk berpangku tangan (berpeluk tubuh) dan terus duduk sahaja.

Cukuplah wahai saudaraku! Sudah banyak kita melihat orang-orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah wahai saudataku! Sampai kapan kalian akan tidur? Sampai kapan kalian akan terus berpeluk tubuh? Amatilah! Apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan dirumah-rumah kalian? Apakah mereka sudah menjadi teladan dalam keluarga kalian? Apakah mereka telah menjadi panutan bagi anak dan isteri kalian?

Bagaimana kalian ini? Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka, namun di rumah kalian setiap harinya yang terdengar hanyalah berita mengenai orang-orang kafir. Hanya menyimak khabar dari orang-orang fasiq dan gossip para bintang filem?????!!!! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!!! Apakah ini yang disebut cinta????? Apakah ini yang dikatakan memiliki ikatan kekeluargaan????

Jubah Sayyidatuna Fathimah az-Zahra عليها السلام

Sungguh ironis sekali!!!! Saat ini sinetron, orang-orang fasiq dan orang-orang kafir lah yang mendidik anak-anak kita. Pemandangan itu yang menjadi hiasan dalam keluarga kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasiq di TV, baik dari cara berpakaian, cara bergaul dan sebagainya. Sehingga mereka itdak mengenal lagi siapa Fathimah az-Zahra عليها السلام. Siapakh beliau? Bagaimana biografi beliau? Seperti apa pakaian beliau? Bagaimana kezuhudannya? Bagaimana ibadahnya? Saat ini mereka tidak lagi mengenal puteri-puteri Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka tidak tahu siapa itu Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu isteri-isteri Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka tidak lagi mengenal siapa itu Khadijah binti Khuwailid عليها السلام, ‘Aisyah ash-Shiddiqah عليها السلام dan lain-lain. Bagaimana ini boleh terjadi? Wahai para kepala keluarga! Bagaimana kalian mendidik anak-anak kalian? Dengan figur siapa kalian memberikan contoh kepada puteri-puterimu?

Apakah kalian berniat menggantikan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian? Kalian meniru orang-orang durhaka, padahal kalian adalah mu’min. sesungguhnya kalian telah memiliki kebesaran, kebanggan dan kemuliaan. Namun mengapa kebesaran, kebanggaan serta kemuliaan itu kalian tukar dengan orang-orang yang jauh dari Allah dan RasulNya

Sungguh, kalian telah menggantikan teladan yang telah diredhai Allah Ta’ala dan RasulNya untuk kalian. Apakah kalian lupa akan firman Allah Ta’ala di dalam al-Quran:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Ertinya: Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik (Surah al-Ahzab: 21)

Wahai saudaraku, tanamlah dalam hatimu untuk berubah dari semua ini. Kembalilah pada jalan yang telah diteladankan oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Dalam buku catatan ‘amal kita tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas (selayaknya). Jikalau demikian, maka siapakah yang akan menghapuskannya? Bertaubatlah kepada Allah Ta’ala, kerana Dialah yang menerima segala taubat dari hamba-hambaNya dan Dialah yang memaafkan segala kesalahan-kesalahan para hambaNya. Wallahu a’lam.


Artikel di atas dipetik dan disalin semula dari buku CAHAYA HATI: NASEHAT & MUTIARA HIKMAH AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ. Sila dapatkan buku ini. Di dalamnya terkandung beberapa tausiyyah yang diberikan oleh Guru Mulia al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ibn Syeikh Abu Bakar bin Salim, yang telah diterjemahkan di dalam bentuk tulisan. Banyak nasehat dan kata-kata hikmah Guru Mulia yang dapat kita hayati. Untuk mendapatkannya, sila ke Pustaka as-Sunnah.

Sekian dari,
al-Fagir ilaLlah abu zahrah al-qedahiy

Thursday, April 7, 2011

kisah indah inbu hajar dgn seorg yahudi

Kisah indah Ibnu Hajar dengan Seorang Yahudi tafsir hadist “addunya sijnul mukmin wa jannatul kafir”. kitab “Fathul Majid” bab sifat jaiz Allah karya Imam Nawawi Al Bantani.
Published on January 11, 2011 in Artikel Islam. 0 Comments
Ibnu Hajar rahimahullah dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya. Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai-keledai dalam sebuah arak-arakan.

Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang yahudi Mesir. Si yahudi itu adalah seorang penjual minyak. Sebagaimana kebiasaan tukang minyak, si yahudi itu pakaiannya kotor. Melihat arak-arakan itu, si yahudi itu menghadang dan menghentikannya. Si yahudi itu berkata kepada Ibnu Hajar:

“Sesungguhnya Nabi kalian berkata: ” Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan surganya orang kafir. ” (HR. Muslim). Namun kenapa engkau sebagai seorang beriman menjadi seorang hakim besar di Mesir, dalam arak-arakan yang mewah, dan dalam kenikmatan seperti ini.

Sedang aku –yang kafir- dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini.” Maka Ibnu Hajar menjawab: “Aku dengan keadaanku yang penuh dengan kemewahan dan kenimatan dunia ini bila dibandingkan dengan kenikmatan surga adalah seperti sebuah penjara. Sedang penderitaan yang kau alami di dunia ini dibandingkan dengan yang adzab neraka itu seperti sebuah surga.”

Maka si yahudi itupun kemudian langsung mengucapkan syahadat: “Asyhadu anlailaha illallah. Wa asyhadu anna Muhammad rasulullah,” tanpa berpikir panjang langsung masuk Islam.

saidatina Fatima az zahra

tiba-tiba hati ini tergerak untuk berkongsi mengenai saidatina Fatimah az zahra..
mari sama2 kita berkongsi ilmu..
Dia membesar dalam suasana kesusahan. Bondanya pergi ketika usianya terlalu muda dan masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Sejak itu,dialah yang mengambil alih tugas menguruskan rumahtangga sepertimemasak, mencuci, mengemas rumah dan menguruskan keperluan ayahandanya.

Di sebalik kesibukan itu, dia juga adalah seorang yang paling kuat beribadah. Keletihan yang ditanggung akibat seharian bekerja menggantikan tugas ibunya yang telah pergi itu, tidak pula menghalang .Sayidatina Fatimah daripada bermunajata dan beribadah kepada Allah SWT.Malam- malam yang dilalui, diisi dengan tahajud, zikir dan siangnya pula dengan sembahyang, puasa, membaca Al Quran dan lain-lain. Setiap hari,
suara halusnya mengalunkan irama Al Quran.

Di waktu umurnya mencapai 18 tahun, dia dikahwinkan dengan pemuda yang sangat miskin hidupnya. Bahkan oleh kemiskinan itu, untuk membayar mas kahwin pun suaminya tidak mampu lalu dibantu oleh Rasulullah SAW.
Setelah berkahwin kehidupannya berjalan dalam suasana yang amat sederhana, gigih dan penuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Digelar Singa Allah, suaminya Sayidina Ali merupakan orang kepercayaan Rasulullah SAW yang diamanahkan untuk berada di barisan hadapan dalam
bala tentera Islam. Lalu, seringlah Sayidatina Fatimah ditinggalkan oleh suaminya yang pergi berperang untuk berbulan-bulan lamanya. Namun dia tetap redha dengan suaminya. Isteri mana yang tidak mengharapkan belaian
mesra daripada seorang suami. Namun bagi Sayidatina Fatimah r.ha, saat-saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan berdampingan dengan Allah SWT untuk mencari kasih-Nya, melalui ibadah-ibadah yang dibangunkan.

Sepanjang pemergian Sayidina Ali itu, hanya anak-anak yang masih kecil menjadi temannya. Nafkah untuk dirinya dan anak-anaknya Hassan, Hussin, Muhsin, Zainab dan Umi Kalsum diusahakan sendiri. Untuk mendapatkan air, berjalanlah dia sejauh hampir dua batu dan mencedoknya dari perigi yang
40 hasta dalamnya, di tengah bahang mentari padang pasir yang terik.Kadangkala dia berlapar sepanjang hari. Sering pula dia berpuasa dan tubuhnya sangat kurus hingga menampakkan tulang di dadanya.

Pernah suatu hari, sedang dia tekun bekerja di sisi batu pengisar
gandum, Rasulullah datang berkunjung ke rumahnya. Sayidatina Fatimah yang amat keletihan ketika itu lalu meceritakan keperitan hidupnya itu kepada Rasulullah SAW. Betapa dirinya teruk bekerja, mengisar tepung, mengangkat air, memasak serta melayan anak-anak. Dia berharap agar Rasulullah dapat menyampaikan kepada Sayidina Ali, kalau mungkin boleh
disediakan untuknya seorang pembantu rumah. Rasulullah saw merasa belas terhadap penanggungan anakandanya itu. Namun baginda amat tahu, sesungguhnya Allah memang menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya sewaktu di dunia untuk membeli kesenangan di akhirat. Mereka yang rela bersusah payah dengan ujian di dunia demi mengharapkan keredhaan-Nya, mereka inilah yang mendapat tempat di sisi-Nya.

Lalu dipujuknya Fatimah r.ha sambil memberikan harapan dengan janji-janji Allah. Baginda mengajarkan zikir, tahmid dan takbir yang apabila diamalkan, segala penanggungan dan bebanan hidup akan terasa ringan. Ketaatannya kepada Sayidina Ali menyebabkan Allah SWT mengangkat darjatnya. Sayidatina Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan
dan kemiskinan keluarga mereka. Tidak juga dia meminta-minta hingga menyusah-nyusahkan suaminya.

Dalam pada itu, kemiskinan tidak menghilang Sayidatina Fatimah untuk selalu bersedekah. Dia tidak sanggup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Dia tidak rela hidup senang dikala orang lain menderita. Bahkan dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri sering
kelaparan. Memang cocok sekali pasangan Sayidina Ali ini kerana Sayidina Ali sendiri lantaran kemurahan hatinya sehingga digelar sebagai 'Bapa kepada janda dan anak yatim' di Madinah.

Namun, pernah suatu hari, Sayidina Fatimah telah menyebabkan Sayidina Ali tersentuh hati dengan kata-katanya. Menyedari kesilapannya, Sayidatina Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali. Apabila dilihatnya air muka suaminya tidak juga berubah, lalu dengan berlari-lari anak dia mengelilingi Sayidina Ali. Tujuh puluh kali dia 'tawaf' sambil merayu-rayu memohon dimaafkan. Melihatkan aksi Sayidatina Fatimah itu, tersenyumlah Sayidina Ali lantas memaafkan isterinya itu.

"Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedang Ali tidak memaafkanmu, nescaya aku tidak akan menyembahyangkan jenazahmu," Rasulullah SAW memberi amaran kepada puterinya itu apabila perkara itu sampai ke pengetahuan baginda. Begitu sekali kedudukan seorang suami
yang ditetapkan Allah SWT sebagai pemimpin bagi seorang isteri. Betapa seorang isteri itu perlu berhati-hati dan sangat berhalus di saat berdepan dengan suami. Apa yang dilakukan Sayidina Fatimah itu bukanlah disengajakan. Apatah lagi, bukan juga dia merungut-rungut, marah-marah, meninggi suara, bermasam muka, merajuk atau lain-lain keranah yang menyusahkan Sayidina Ali k.w. Pun Rasulullah SAW berkata begitu terhadapnya.

Semasa perang Uhud, Sayidatina Fatimah telah turut sama merawat luka Rasulullah. Dia juga turut bersama Rasulullah semasa peristiwa penawanan Kota Makkah dan ketika ayahandanya mengerjakan 'Haji Wida' pada akhir tahun 11 Hijrah. Dalam perjalanan haji terakhir ini Rasulullah SAW telah
jatuh sakit. Sayidatina Fatimah tetap di sisi ayahandanya. Ketika itu Rasulullah membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah r.ha yang
membuatkannya menangis, kemudian Nabi SAW membisikkan sesuatu lagi yang membuatkannya tersenyum.

Dia menangis kerana ayahandanya telah membisikkan kepadanya berita kematian baginda. Namun, sewaktu ayahandanya menyatakan bahawa dialah orang pertama yang akan berkumpul dengan baginda di alam baqa', gembiralah hatinya. Sayidatina Fatimah meninggal dunia enam bulan
setelah kewafatan Nabi SAW, dalam usia 28 tahun dan dimakamkan di Perkuburan Baqi', Madinah.

Begitu sekali wanita yang utama, agung dan namanya harum tercatat dalam al-Quran, disusah-susahkan hidupnya oleh Allah SWT. Sengaja dibuat begitu oleh Allah kerana Dia tahu bahawa dengan kesusahan itu, hamba-Nya akan lebih hampir kepada-Nya. Begitulah juga dengan kehidupan wanita-wanita agung yang lain. Mereka tidak sempat berlaku sombong serta
membangga diri atau bersenang-senang. Sebaliknya, dengan
kesusahan-kesusahan itulah mereka dididik oleh Allah untuk sentiasa merasa sabar, redha, takut dengan dosa, tawadhuk (merendah diri), tawakkal dan lain-lain. Ujian-ujian itulah yang sangat mendidik mereka agar bertaqwa kepada Allah SWT. Justeru, wanita yang berjaya di dunia dan di akhirat adalah wanita yang hatinya dekat dengan Allah, merasa terhibur dalam melakukan ketaatan terhadap-Nya, dan amat bersungguh-sungguh menjauhi larangan-Nya, biarpun diri mereka menderita.

Tuesday, April 5, 2011

habib salim bin hafiz

Habib Salim Bin Hafiz

Habib Salim Bin Hafiz Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah datuk kepada Habib ‘Umar bin Muhammad Bin Hafiz yang masyhur dewasa ini. Beliau lahir di Bondowoso, Pulau Jawa pada 25 Syawwal 1288H / 6 Januari 1872M. Kemudian beliau dibawa ayahandanya balik ke Kota Misythah, Hadhramaut ketika beliau berusia kira-kira 8 tahun. Beliau menerima didikan awal daripada ayahnya dan beberapa ulama di Kota Misythah antaranya dengan Mu’allim ‘Abud bin Sa’id BaSyu’aib dan Mu’allim ‘Abdullah bin Hasan BaSyu’aib. Pada 1304H, beliau meneruskan pencarian ilmunya dengan mendatangi Kota Tarim al-Ghanna. Di kota berkat ini, beliau menimba pengetahuan agama daripada para ulama di sana antaranya Mu’allim ‘Abdullah bin Ahmad BaGharib dan Habib ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur. Selain Kota Tarim, beliau turut mengadakan perjalanan sama ada untuk mendalami ilmunya juga untuk menyebarkan ilmu dan dakwah ke Seiwun, Du’an, al-Haramain, Zanzibar, Mombasa, India dan tidak ketinggalan tanah kelahirannya, Pulau Jawa.

Di negeri-negeri yang dikunjunginya, beliau tidak melepaskan peluang untuk mengadakan pertemuan dan menjalinkan hubungan dengan para ulama dan awliya’ yang menetap di sana. Hasil pertemuan dan hubungan ini, baik berupa wasiat, nasihat dan ijazah beliau kumpulkan dalam satu catatan yang dinamakannya “Minhah al-Ilah fil ittishal bi ba’dhi awliya“. Habib Salim terkenal sebagai seorang ulama yang bersifat khumul yang tidak suka namanya dikenali orang. Apa yang penting baginya ialah keredhaan Allah s.w.t., dan bukannya penghargaan manusia. Di akhir hayatnya, sifat khumul ini semakin terserlah bila beliau sentiasa berusaha bersungguh-sungguh untuk menyembunyikan dirinya dalam majlis-majlis umum dengan duduk di shaf yang paling belakang. Beginilah sikap beliau sehingga beliau dipanggil pulang ke rahmatUllah pada tahun 1387H di Kota Misythah. Walaupun beliau tidak meninggalkan karya ilmiyyah yang banyak, tetapi perjuangannya diteruskan zuriatnya antaranya oleh anakandanya Habib Muhammad bin Salim dan kini teruskan oleh cucu-cucunya Habib ‘Umar bin Muhammad dan Habib ‘Ali Masyhur bin Muhammad. Moga rahmat Allah sentiasa dicucuri ke atas roh beliau dan ditempatkan beliau bersama nendanya Junjungan Nabi s.a.w. … al-Fatihah.

40 keistimewaan wanita menurut islam

40 Keistimewaan Wanita Menurut Islam
Berikut merupakan keistimewaan wanita menurut Islam, menunjukkan betapa Islam begitu menghormati dan menghargai para wanita yang sholehah. Berbahagialah engkau wahai bidadari penghuni syurga…… !

1. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang soleh.
2. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
3. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah.
4. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak pria. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah- olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam syurga.
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
7. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan se Suatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap pria?” tanya Aisyah kembali, Jawab Rasulullah S.A.W. “Ibunya.”
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. menatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 pria yang jahat.
22. Rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
23. Wanita yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
24. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.
27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.
30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
32. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.
36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn),maka malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
37. Jika wanita memicit/mijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memicit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
38. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.
39. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
40. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.

hadiah terindah buat wanita

Satu saat di tengah hembusan angin dan gelapnya malam menangis seorang wanita yg sangat di cintai oleh Rosulullah saww, dialah penghulu para wanita nantinya di syurga…yaitu Sayyidatuna Fatimah binti Muhammad saww.
Berkata Sayyidatuna Asma’ binti Humais,”Demi Allah apa yg telah membuatmu menangis Wahai binti Rosulillah..?”

Lantas Sayyidatuna Fatimah berkata : “Aku memikirkan tetang apa yg diperbuat oleh orang-orang terhadap jenazah seorang wanita, membungkusnya dengan kain kafan dan membawanya dalam keadaan bentuk tubuhnya yang nampak..!!!

Asma’ : “Subhanallah.. atas apa ayahmu mendidikmu..? Ayahmu telah mendidikmu dengan rasa malu yang sangat tinggi. Engkau malu kalo jasadmu tampak di hadapan orang-orang/laiki-laki yg bukan muhrim..”

Kemudian Asma’ binti Humais berkata untuk Sayyidatuna Fatimah : “Wahai Fatimah aku mendengar di negeri Habasya mereka menaruh jenazah dalam peti kayu sebagai penutup yg dapat menutupi jasad…”. Mendengar hal tersebut Sayyidatuna Fatimah sangat gembira seraya berkata : “Aku wasiatkan kepadamu wahai Asma’ untuk membuatkannya untuk jenazahku nantinya..”

Kemudian Sayyidatuna Fatimah memanggil Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan berkata : “ Aku merasa ajalku kian dekat Wahai Suamiku, Aku mewasiatkan atasmu 3 perkara, yaitu :

Yang pertama : Setelah aku meninggal dunia nantinya, menikahlah dengan Umamah binti Ukhti Zainab.
Yang kedua : Jangan ada yang memandikanku selain Engkau Wahai Ali…
Yang ketiga : Kuburkanlah aku di malam hari.”

Tidak lama kemudian Sayyidatuna Fatimah dipanggil oleh Allah swt, dan Sayyidatuna Fatimah pergi meninggalkan dunia ini ketika umurnya 29 tahun. Sungguh umur yang sangat muda, namun Allah Ta’ala lebih mencintai Sayyidatuna Fatimah. Dan berbahagialah Sayyidatuna Fatimah karena bertemu ayahnya Sayyidul Wujud Muhammad saww…

Memang Sayyidatuna Fatimah meninggalkan dunia ini di umur yang sangat muda namun Sayyidatuna Fatimah meninggalkan cahaya yang sangat terang atas para wanita sebgai suri tauladan yg dapat membawa mereka kedalam suatu keberuntungan abadi dalam keridhoan Allah dan Kekasih Allah…

Ya.. Allah berilah kami petunjuk, jangan Engkau jauhkan kami dari Sayyidatuna Fatimah, Ya.. Allah.. di hari di mana semua telinga mendengar seruan “Tundukan kepala kalian..!!! Pejamkan mata kalian..!!!” Karena Sayyidatuna Fatimah Az Zahra binti Muhammad dan pecintanya akan melewati sirath.. Ya Allah di hari itu janganlah pisahkan kami dari Sayyidatuna Fatimah.. Ya.. Allah.. terimalah doaku.. trimalah taubatku.. bimbinglah kami pada jalan Sayyidatuna Fatimah Ya.. Allah.. Amien.. Ya Allah.

Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.

Dikutip dari Kalam Al Qutb Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf

19 hadis Nabi mengenai wanita





1. Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayangnya yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, "Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia".

2. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya.Allah mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

3. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.

4. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

5. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

6. Apabila semalaman ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.

7. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah dan orang yang takutkan Allah, akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.

8. Barangsiapa membawa hadiah, barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail.

9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).

10. Perempuan apabila sembahyang lima waktu,puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dikehendaki.

11. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1,000 lelaki yang soleh.

12. Aisyah berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab rasulullah, "Suaminya. "Siapa pula berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah, "Ibunya".

13. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibubapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.

14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut,burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya serta menjaga sembahyang dan puasanya.

15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab

16. Syurga itu di bawah tapak kaki ibu.

17. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Nabi s.a.w) di dalam syurga.

18. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga.

19. Daripada Aisyah r.a. Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuan lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.

zaujati,,

CIRI-CIRI ISTERI YANG BAIK MENURUT ISLAM

Isteri yang baik secara total akan mudah membentuk rumahtangga bahagia tetapi sebaliknya isteri yang tidak memahami akan tanggungjawabnya sudah pasti akan melahirkan rumahtangga yang kucar-kacir.

Kita sedar dan faham rumahtangga yang bahagia lahir dari isteri yang solehah, tetangga yang baik dan kenderaan yang sempurna. Dan wanita adalah penentu buruk baik sesebuah masyarakat.Sedangkan masyarakat yang baik lahir dari rumahtangga dan keluarga yang bahagia.

Wanita dengan sifat kehalusan yang dianugerahi oleh Allah s.w.t. sesuai sekali sebagai pengasuh, pendidik anak-anak, pembimbing dan juga penghibur hati suami.

Dari sifat asal dengan kehalusan ini jika dididik dan diasuh serta dihalusi hatinya sejak awal-awal agar kematangan berfikir dan tingkah laku yang mulia sebagai persiapan seorang isteri yang solehah, sudah pasti berhasil.

Rumahtangga bahagia boleh diasaskan oleh isteri akhlakul karimah perlulah memenuhi tanggungjawab yang digariskan dalam tuntutan pembetukan rumahtangga yang bahagia. Tanggungjawab ini perlulah benar-benar difahami, dihayati dan dilaksanakan agar cita-cita untuk melahirkan rumahtangga bahagia berhasil.

1. Taat dan kasih kepada Allah dan Rasul

Ketaatan kepada Allah akan jelas dilihat dari segala perintah dan
larangan yang telah ditetapkan dipatuhi dengan sesungguhnya. Perintah dan larangan ini tergambar dengan jelas sebagaimana yang dibawakan oleh Rasulullah S A. W. Ketaatan yang tidak berbelah bahagi dengan sendirinya akan melahirkan perasaan kasih kepadanya.

Firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 24 yang ertinya. “Katakan: Kalau bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu khuatiri akan rugi dan tempat tinggal yang kamu sukai; kalau semua itu kamu cintai lebih dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjuang di jalan Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik.”

Jelaslah kepada kita bahawa ketaatan kepada Allah s.w.t.akan melahirkan kasih dan cinta yang tidak ternilai di sisi manusia.Ketaatan dan cinta kepada Allah ini bukanlah mudah diperoleh sekirannya persiapan ke arah itu disambil lalukan.

Pendidikan jiwa supaya beriman sesungguhnya kepada Allah dan Rasul-Nya, perlulah dididik sejak awal . Didikan ini akan menjadi benteng dan memahami akan batas-batas yang dilarang dan dibolehkan dalam agama. Keimanan yang kukuh, perbuatan yang soleh dan mengikuti ketetapan yang ditentukan dengan sendirinya secara mudah akan dapat melawan hawa nafsu lahiriah dan bathiniah.

” Dan kalau kamu hitung nikmat Allah, niscaya tidak dapat kamu menghitungnya.,” An-Nahl ayat 18. Dari rasa kenikmatan yang diberikan oleh-Nya yang tidak terkira akan memahami betapa hamba sangat-sangat memerlukan pada Khaliknya. Sifat ihsan dengan sendiri mengongkong diri insan; kerana sifat wanita biasanya tidak akan puas dengan panorama duniawi.

gambar-ibu

2. Akhlak mulia dan sempurna sebelum kecantikan

Kita fahami bah
awa Allah tidak memandang paras rupa (kecantikan) seseorang tetapi akhlak yang mulia menjadi nilaian yang kukuh disisiNya. Akhlak mulia dan sempurna menjadi pakaian yang kekal manakala kecantikan akan luntur dimakan atau dimamah usia. Tetapi sekiranya kecantikan ini dapat dipadukan dengan akhlak yang mulia sudah tentu menjadi pilihan utama setiap insan.

Untuk melahirkan wanita yang berakhlak baik perlulah dididik dan diasuh dengan nilai-nilai yang begitu rupa agar meninggikan taraf kamanusiaan dan sekaligus membezakannya dengan sifat kehaiwanan.

Isteri yang berakhlak mulia dengan mudah dapat memahami akan bentuk-bentuk pakaian yang harus dikenakan pada tubuhnya dalam keadaan tertentu; dapat mengawal perkataan-perkataan yang maaruf ketika berbicara dan mengetahui akan batas-batas bergaul sesama rakan, suami, keluarga dan juga saudara-mara yang lainnya.

Di samping itu segala tindakannya mempunyai perbezaan dengan wanita yang tidak solehah. Ia tidak gemar membeli tanpa izin suaminya, apatah lagi penjualan dengan cara berhutang sebagaimana kaedah sistem jual beli yang berleluasa sekarang. Ia lebih mirip kepada kemaksiatan daripada yang maaruf.

Juga tidak bertindak menggunakan harta dan wang suami tanpa izinnya. Sekiranya tidak mencukupi maka ambillah secara yang maaruf sebagaimana yang dilakukan oleh isteri Abu Sufian; Rasulullah menasihatkan agar mengambil dengan maaruf dan yang diperlukan sahaja. Isteri yang solehah juga akan mudah mengawal dan menjaga harta benda suami ketika ketiadaannya.

3. Memperdulikan kewajipan rumahtangga dan berusaha memperbaikinya.

Wanita yang telah dididik sejak awal dengan akhlak yang
mulia secara matang mengetahui akan persiapan berumahtangga dan memahami kewajipannya dan memperbaikinya dari semasa ke semasa dengan patuh dari tunjuk ajar suaminya.

Sabda Rasulullah s.a.w. dari Ibnu Abbas r.a yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, “Mahukah aku berikan kepadamu sebaik-baik benda yang disimpan? Iaitu wanita yang solehah. Apabila suaminya melihat kepadanya, gembiralah dia; apabila suaminya perintah akan dia, taatlah ia padanya dan apabila suaminya meninggalkannya, ia akan memelihara nama baik suaminya.”

Dari hadith di atas jelaslah kepada kita ukuran seorang isteri yang baik. Ia mampu melayani suami sebaik mungkin dalam segala bidang; ketaatan yang tidak berbagi-bagi asalkan yang diredhai Allah s.w.t dan boleh mengawal harta benda dan nama baik suaminya ketika tidak ada di rumah.

Ketaatan dan kepatuhan ini akan memudahkan penerimaan hidayah Allah s.w.t dan ketenangan hati suami dalam menjalani hidup berumahtangga. Dan sekaligus seolah-olah menjadi suatu simpanan yang sangat berharga bagi seorang lelaki berumahtangga apabila memiliki isteri yang baik budi pekerti atau perangainya dan mampu mengendalikan rumahtangga dengan baik.

Walaupun di dalam Islam tanggungjawab di dalam rumahtangga seperti menjaga anak-anak dan memasak serta lain-lain tidak diwajibkan sepenuhnya kepada isteri tetapi isteri yang solehah merasakan tanggungjawab ini biarlah ia yang menanggungnya. Kerana ia tidak mahu tangan orang lain mengendong anaknya ketika hendak tidur; tidak mahu tangan lain memasakkan makanan suaminya atau sebagainya dan memahami tugasnya adalah melayani suaminya semata-mata.

Isteri yang solehah sungguh cekap dan teratur melayani suaminya menjaga dan mendidik anak-anak, menyediakan makan minum keluarga, mengemas tempat tinggal dengan rapi dan lainnya. Sedaya upaya berusaha memperbaiki kewajipan yang telah diamanahkan oleh suaminya.

Isteri yang begini akan melahirkan rumahtangga yang tenteram, riang gembira dan menjadi rumahtangga contoh dalam masyarakat. Begitulah yang dikehendaki dalam Islam.

4. Malu dan taat

Sifat malu memang lumrah bagi seorang wanita.Malu seorang isteri adalah hormat dan taat yang sebenarnya kepada suaminya, selagi suaminya taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Isteri akan diam saat suami berbicara, membenarkan kata-katanya dan menghormati segala pesanannya. Bermuzakarah boleh juga diadakan tetapi perlu dikawal oleh akal kerana wanita itu berakal pendek walaupun mempunyai rambut yang panjang. Perbincangan yang mengikuti nafsu syaitan dan sikap memberontak, menangan dan menghentak-hentak kaki yang akhirnya akan memporak-porandakan rumahtangga.

Hadith Rasulullah yang diriwayatkan oleh Termizi dan Ibnu Majah mengatakan. “Ketahuilah dan hendaklah kamu berpesan-pesan kepada kaum wanita dengan baik-baik, kerana sesungguhnya mereka itu tawanan bagi kamu, tidak ada kekuasaan sedikit pun bagimu dari mereka itu selain yang demikian itu, kecuali jika mereka itu
mendatangi
atau mengerjakan sesuatu kederhakaan yang nyata. Maka jika mereka berlaku curang, berbuat derhaka, hendaklah kamu tinggalkan tempat tidurnya dan berilah pukulan yang tidak menyakitkan. Kemudian bila mereka taat dan patuh kepadamu, janganlah kamu cari jalan yang bukan-bukan untuk berbuat tidak senonoh kepada mereka. Ketahuilah, sesungguhnya bagi kamu ada suatu kewajipan atas isteri-isterimu, dan isteri-isterimu ada kewajipan ke atas kamu pula. Adapun kewajipanmu (suami) atas isteri-isterimu ialah bahawa mereka itu janganlah
menginjakkan tempat tidurmu dengan orang yang tidak kamu sukai, dan
mereka janganlah memperkenankan orang-orang yang kamu tidak sukai masuk ke rumahmu; dan kewajipan mereka (isteri) atas kamu ialah bahawa kamu hendaklah berbuat baik atas mereka itu dalam urusan pakaian dan makanan mereka.”

Dengan ini jelas membuktikan bahawa sifat malu dan taat kepada suami masing-masing adalah perkara penting di dalam pergaulan berumahtangga. Ia perlu dijaga, diawasi dan dikawal agar jangan sampai terjadi yang tidak sesuai dengan kewanitaannya dan dilarang oleh agama.

Jadi perlulah isteri itu sedaya upaya mentaati dan menghormati suaminya kerana taat kepada suami bermakna taat kepda Allah s.w.t jua; dan murka suami bererti murkalah Allah kepadanya.

5. Mulia dan menghormati suami dan kerabatnya

Bermula selepas ijab & qabul, tugas dan tanggungjawab ibu bapa selama
ini berpindah secara automatik ke bahu suami sepenuhnya. Dan sebagai seorang isteri, suamilah tempat ia bergantung kasih sayang.

Kerana itu tidak syak lagi seorang isteri itu menghormati (adik-kakak) suami, saudara-saudara dan kerabatnya menurut batas yang tertentu. Dan hubungan dan pertaliannya mempunyai had dan batas yang dibolehkan di dalam Islam.

Kedatangan mereka terutama ibu bapanya perlulah disanjung dan hubungan ini perlu dititik-beratkan. Ada di kalangan keluarga Islam, perhubungan antara suami dan ibu bapanya renggang disebabkan oleh sikap isteri yang tidak menyenangkan orang tua suami.

Kadangkala isteri itu meminta barang-barang keperluan yang tidak dimampui oleh si suami hingga menyebabkan keluarganya akan juga menjadi puncak perpecahan antara suami isteri dan kaum keluarganya. Memuliakan dan menghormati suami dan kaum kerabatnya merupakan satu tanggungjawab isteri yang baik.

Jadi perlulah isteri itu sedaya upaya mentaati dan menghormati suaminya kerana taat kepada suami bermakna taat kepda Allah s.w.t jua; dan murka suami bererti murkalah Allah kepadanya.