kali ini ana ingin berkongsi dgn shbt2 tentang kisah Uwais al-Qarni..yang sedikit sebanyak..memberikan motivasi buat diri ini menjdikannya sebagai idola buat ana..utk mnjdi anak yang solehah..dan hamba solehah..keperibadian beliau membuatkan beliau dipuji oleh Ilahi walau dicaci oleh manusia zaman dahulu.kisahnya bermula sewaktu zaman Nabi Muhammad
SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang
panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya
menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya
menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis,
pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan
yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak
dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia,
jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika
semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil
agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah
memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan
qobilah Mudhor, semua dimasukkan syurga tak ada yang ketinggalan kerananya .Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan
juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan
menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam
umpatan dan penghinaan lainnya.Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena
ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak
berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu
dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :“Aku khawatir, nanti sebagian
orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari
membujuk pasti dari mencuri”.Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi
yatim, tak punya keluarga kecuali hanya ibunya yang telah tua renta
dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi
kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing.
Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya
bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu
tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti
keadaannya.Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya
yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap
melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya Uwais
al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan
Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah
Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam
mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan
yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah
seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama
ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.Banyak tetangganya
yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran
Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka
memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah
sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari
Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah
penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.Kecintaannya kepada
Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang
kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke
Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi,
tak ada yang merawatnya.Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud
Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu
oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera
memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai
bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah
melihatnya.Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak
terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais
merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi
Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia
mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega
ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan
kerinduan untuk berjumpa.Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati
ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar
diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun
telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau
memaklumi perasaan Uwais, dan berkata:“Pergilah wahai anakku ! temuilah
Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali
pulang”.Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa
menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada
tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah
berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah
yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang
begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang
curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di
siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi
bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang
selama ini dirindukannya.Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera
ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil
mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab
salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya.
Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di
medan perang.Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa
tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak
perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi,
kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan
ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke
Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.Karena ketaatan kepada ibunya, pesan
ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk
menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon
pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya.
Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang
dengan perasaan haru.Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung
menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW
menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia
adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan
baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya
tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada
yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya
terlalu lama.Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa
dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di
tengah-tengah telapak tangannya.”Sesudah itu beliau SAW, memandang
kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu
ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan
istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.Tahun
terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga
kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan
Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi
SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama.Sejak
itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka.Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah
menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari
Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi
mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu
mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta
mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas
pergi menemui Uwais al-Qorni.Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya
Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais
menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu
berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais,
sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia
penghuni langit.Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah
nama saudara ?“Abdullah”, jawab Uwais.Mendengar jawaban itu, kedua
sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba
Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”Uwais kemudian berkata:
“Nama saya Uwais al-Qorni”.Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa
ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut
bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan
Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais
enggan dan dia berkata kepada khalifah:“Sayalah yang harus meminta do’a
kepada kalian”.Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:“Kami datang
ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.Karena desakan kedua
sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a
dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk
menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan
hidupnya.Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba
mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari
selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang
lagi.Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh
Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga
air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.Pada
saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu
di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu
keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya
kami melihat kejadian itu.“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi
lelaki itu tidak menoleh.Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah
memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada
kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”“Tidakkah engkau melihat bahwa
kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami.“Dekatkanlah diri
kalian pada Allah ! ”katanya.“Kami telah melakukannya.”“Keluarlah kalian
dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”Kami pun keluar
dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah
kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang
itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan
kalian semua selamat”.“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ?
”Tanya kami.“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.Kemudian kami
berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut
adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang
Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan
membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”
tanyanya.“Ya,”jawab kami.Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di
atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,
tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan
meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan
seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang
tertinggal.Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni
telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan
tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan
ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika
orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa
menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk
mengusungnya.Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku
ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan
jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya
guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada
bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah
ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina
Umar r.a.)Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat
kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian
banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan
orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke
dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.Mereka
saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni
? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak
memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan
unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk
Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami
kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka
adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus
jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya
siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi menjadi
terkenal di langit.
ya Ilahi, adakah uwais al-Qarni di zaman ini??ya Ilahi,,didiklah diri ini utk mnjdi sperti uwais al-Qarni..yg sntiasa mntaati orang tuanya..moga diri ini mnjdi sepertinya..dan mndpt redhaMu..